Berharaplah Pertolongan Hanya Kepada Allah
Al-Qur'an ingin menjadikan Mukmin hidup dengan memiliki sikap
dan perasaan yang peka. Selalu berhubungan dengan Rabbnya. Seakan ia melihat
tangan Allah menurunkan hujan dari langit. Tanpa henti. Kemudian menghidupkan
tumbuh-tumbuhan yang mati, dan membangkitkan kehidupan di bumi yang mati. Pada
saat yang sama hatinya selalu bergetar bersama dengan fenomena alam itu.
Perasaannya selalu tersentuh dengan alam, dan memuji Dia dengan kekuasaan-Nya.
أَفَرَأَيْتُم مَّا
تُمْنُونَ ﴿٥٨﴾ أَأَنتُمْ تَخْلُقُونَهُ أَمْ نَحْنُ الْخَالِقُونَ ﴿٥٩﴾ نَحْنُ
قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ الْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوقِينَ ﴿٦٠﴾ عَلَى أَن
نُّبَدِّلَ أَمْثَالَكُمْ وَنُنشِئَكُمْ فِي مَا لَا تَعْلَمُونَ ﴿٦١﴾ وَلَقَدْ
عَلِمْتُمُ النَّشْأَةَ الْأُولَى فَلَوْلَا تَذكَّرُونَ ﴿٦٢﴾ أَفَرَأَيْتُم مَّا
تَحْرُثُونَ ﴿٦٣﴾ أَأَنتُمْ تَزْرَعُونَهُ أَمْ نَحْنُ الزَّارِعُونَ ﴿٦٤﴾ لَوْ
نَشَاء لَجَعَلْنَاهُ حُطَامًا فَظَلَلْتُمْ تَفَكَّهُونَ ﴿٦٥﴾ إِنَّا
لَمُغْرَمُونَ ﴿٦٦﴾
بَلْ نَحْنُ مَحْرُومُونَ ﴿٦٧﴾ أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاء الَّذِي تَشْرَبُونَ ﴿٦٨﴾ أَأَنتُمْ أَنزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنزِلُونَ ﴿٦٩﴾ لَوْ نَشَاء جَعَلْنَاهُ أُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرُونَ ﴿٧٠﴾ أَفَرَأَيْتُمُ النَّارَ الَّتِي تُورُونَ ﴿٧١﴾ أَأَنتُمْ أَنشَأْتُمْ شَجَرَتَهَا أَمْ نَحْنُ الْمُنشِؤُونَ ﴿٧٢﴾
بَلْ نَحْنُ مَحْرُومُونَ ﴿٦٧﴾ أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاء الَّذِي تَشْرَبُونَ ﴿٦٨﴾ أَأَنتُمْ أَنزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنزِلُونَ ﴿٦٩﴾ لَوْ نَشَاء جَعَلْنَاهُ أُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرُونَ ﴿٧٠﴾ أَفَرَأَيْتُمُ النَّارَ الَّتِي تُورُونَ ﴿٧١﴾ أَأَنتُمْ أَنشَأْتُمْ شَجَرَتَهَا أَمْ نَحْنُ الْمُنشِؤُونَ ﴿٧٢﴾
"Maka terangkanlah kepadaku tentang
nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau Kami-kah yang
menciptakannya? Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami
sekali-kali, tidak dapat dikalahkan, untuk menggantikan kamu dengan orang-orang
yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu kelak (di akhirat) dalam
keadaan yang tidak kamu ketahui. Dan sesungguhnya kamu telah mengetahui
penciptaan yang pertama, maka mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran (untuk
penciptaan yang kedua)? Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam?
Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya? Kalau Kami
kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia kering dan hancur; maka jadilah kamu
heran tercengang. (Sambil berkata) 'Sesungguhnya kami benar-benar menderita
kerugian, bahkan kami menjadi orang yang tidak mendapat hasil apa-apa.' Maka
terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya
dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Kalau Kami kehendaki niscaya Kami
jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur? Maka terangkanlah
kepadaku tentang api yang kamu nyalakan (dari gosokan-gosokan kayu). Kamukah
yang menjadikan kayu itu atau Kami-kah yang menjadikannya?"(QS.
al-Waqi'ah [56] : 58-72)
Dalam al-Qur'an terdapat isyarat yang membuka cakrawala berpikir
kita, dan memberikan kesan yang mendalam dan bekal bagi diri kita. Isyarat yang
sangat sarat dengan berbagai peristiwa itu, seperti kisah Maryam. Ia seorang
remaja yang beriman berada di mihrabnya dengan mendapatkan rezeki tanpa melalui
sebab-sebab lahir, sehingga Nabi Zakaria alaihissalam,
menanyakan kepadanya tentang asal rezeki itu.
فَتَقَبَّلَهَا
رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا
كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِندَهَا رِزْقاً قَالَ
يَا مَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هَذَا قَالَتْ هُوَ مِنْ عِندِ اللّهِ إنَّ اللّهَ
يَرْزُقُ مَن يَشَاء بِغَيْرِ حِسَابٍ ﴿٣٧﴾
"Maka Rabbnya menerimanya (sebagai
nadzar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang
baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk
menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan disisinya. Zakariya berkata, 'Hai
Maryam, darimana kamu memperoleh (makanan) ini?' Maryam menjawab, 'Makanan ini
dari sisi Allah.' Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang
dikehendaki-Nya tanpa hisab."(QS. Ali Imran [3] : 37)
Nabiyullah Zakariya alaihissalam usianya
sudah sangat lanjut, tulang-tulangnya sudah rapuh, dan pisiknya lemah, kepalanya
sudah beruban, isterinya mandul, sementara itu dia merindukan keturunan.
Melihat kondisi seperti itu, ia berpikir mana mungkin ia akan mempunyai
keturunan anak. Kemudian ia melihat Maryam mendapatkan rezeki tanpa melalui
sebab-sebab. Lahir seorang anak. Zakariya menjadi tidak putus asa dan
kehilangan harapan. Hatinya dipenuhi optimisme dan cita-cita. Maka ia berdo'a
dalam al-Qur'an.
هُنَالِكَ دَعَا
زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِن لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً
إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاء ﴿٣٨﴾
فَنَادَتْهُ الْمَلآئِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَى مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِّنَ اللّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِّنَ الصَّالِحِينَ ﴿٣٩﴾
فَنَادَتْهُ الْمَلآئِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَى مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِّنَ اللّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِّنَ الصَّالِحِينَ ﴿٣٩﴾
"Di sanalah Zakariya mendoa kepada
Rabbnya seraya berkata, 'Wahai Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang
anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.' Kemudian malaikat
(Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di
mihrab (katanya), 'Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran
seorang putramu Yahya, yang membenarkan kalimat yang datang dari Allah, menjadi
ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu dan seorang Nabi dari keturunan
orang-orang shalih', Zakariya berkata, 'Wahai Rabbku, bagaimana aku bisa
menapatkan anak, sedangkan aku tlah tua dan Isteriku pun seorang yang mandul?'
Berfirman Allah, 'Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya'."(QS.
Ali Imran [3] : 38-40)
Kejadian berupa datangnya rezeki kepada Maryam tanpa sebab
lahiriyah, dan lahirnya Yahya dari Zakariya, padahal menurut perhitungan
manusia tidak mungkin terjadi, karena kondisi yang ada. Maka hal itu merupakan
tarbiyah (pendidikan) bagi seorang wanita yang suci dan beriman untuk mendapat
mukzijat, yaitu lahirnya Isa tanpa bapak.
Lahirnya Isa alaihissalam tanpa
bapak telah menimbulkan kegoncangan yang dahsyat bagi umat manusia, dan bagi
Bani Israel yang telah dipalingkan oleh sebab-sebab lahiriah (sebab-seba bumi).
Sehingga melupakan sebab-sebab langit. Namun, kelalaian dan ketumpulan perasaan
serta kebutaan mereka menuduh Maryam alaihissalam berbuat bohong dan menjadikan
orang-orang Nasrani terperosok ke dalam kemusyrikan yang abadi. Sikap ini
muncul, karena kebodohan, dan manusia gagal melihat penomena alam, yang
diturunkan oleh Allah Rabbul Alamin.
Pertolongan Allah Rabbul Alamin bersifat
kekal kepada orang-orang Mukmin dan para Mujahid. Mereka yang hidup dan
berjuang di jalan-Nya akan senantiasa mendapatkan petunjuk dan pertolongan.
Allah Rabbul Alamin akan
selalu menolong mereka yang berjihad dan berkorban dalam rangka menegakkan
agama-Nya. Tidak ada keraguan lagi, bahwa Allah Rabbul
Alaminakan selalu menolong orang-orang Mukmin, yang dengan ikhlas
membela agama-Nya. Seberapapun kekuatan yang mereka miliki, kekuatan ahlul haq,
pasti akan mendapatkan kemenangan, dan pertolongan Allah Azza Wa Jalla.
Terkadang Allah Ta'ala menunda
pertolongan-Nya untuk suatu hikmah yang diinginkan-Nya, sehingga yang tampak
adalah kekalahan. Adakalanya al-haq 'kalah' dan kebathilan yang 'menang'. Dalam
logika al-Qur'an semua itu merupakan potret-potret kemenangan yang hikmahnya
tidak diketahui oleh manusia.
Bagi orang-orang Mukmin sendiri tidak dituntut hasil, tetapi
mereka dituntut untuk berjalan di atas manhaj al-Qur'an, perintah-perintah-Nya,
dan sesudah itu kemenangan adalah urusan Allah Rabbul
Aziz.
...
إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ ﴿٧﴾
"Jika kamu menolong agama Allah, pasti
Allah menolong kamu." (QS. Muhammad [47] : 7)
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا
فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ ﴿٦٩﴾
"Dan orang-orang yang berjihad untuk
mencari keridhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar berserta orang-orang yang
berbuat baik."(QS. al-Ankabut [29] : 69)
فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ
وَلَكِنَّ اللّهَ قَتَلَهُمْ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَكِنَّ اللّهَ رَمَى
وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلاء حَسَناً إِنَّ اللّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
﴿١٧﴾
"Maka yang sebenarnya bukan kamu yang
membunuh mereka, akan tetapi Allah-lah yang membunuh mereka, dan bukan kamu
yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. Allah
berbuat demikian untuk membinasakan mereka, dan untuk memberi kemenangan kepada
orang-orang Mukmin, dengna kemenangan yang baik, Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui."(QS. al-Anfal [8] : 17)
Masih pantaskah orang-orang Mukmin mengharap dan bergantung
dengan pertolongan selain dari Allah Rabbul Aziz? Tidak ada
lagi alasan kaum Mukminin bergantung dan mengharapkan pertolongan kepada selain
Allah. Karena Allah Rabbul Alamin menjamin pertolongan bagi orang-orang Mukmin.
Belum pernah ada dalam sejarah kemenangan orang-orang Mukmin
melawan musuhnya, kafirin, musyrikin, dan munafiqin dengan pertolongan selain
Allah. Sepanjang sejarah Islam, selalu kemenangan itu ditentukan oleh
pertolongan Allah Azza Wa Jalla. Pertolongan Allah
Azza Wa Jalla yang memberikan kemenangan bagi orang-orang Mukmin kemenangan
yang hakiki. Kemenangan yang diperoleh kaum Mukminin itu, sangatlah ditentukan
tingkat tawakal dan kepasrahan dan ketundukkan kepada Rabbnya. Tidak kepada
siapapun makhluk adanya.
Kemenangan orang-orang Mukmin itu erat sekali hubungannya dengan
keyakinan mereka akan pertolongan Allah. Sebagai contoh peristiwa yang terjadi
pada perang Hunain. Sebagian orang-orang Mukmin dengan jumlah mereka yang
banyak, sehingga mereka yakin tidak akan kalah, dapat dikalahkan oleh kafirin
dan musyrikin. Mereka berkata, "Hari ini kita tidak akan dikalahkan oleh
musuh yang sedikit jumlahnya", ungkap mereka.
Mereka seakan-akan yakin kepada hakikat kekuatan jumlah mereka
yang besar, dan akan mendapatkan kemenangan dengan jumlah mereka yang banyak.
Mereka bangga dengan jumlah yang banyak. Padahal, semua itu hanyalah menipu
belaka. Jumlah yang banyak hanya pandangan mata manusia, dan semata-mata hanya
tipuan. Ternyata mereka kalah. Kemudian, Allah Azza Wa
Jalla menurunkan bantuan kepada mereka ketenangan, dan memberi
kemenangan kepada mereka, dan dengan menurunkan balatentara-Nya.
Al-Qur'an bersimpati kepada kelemahan orang-orang Mukmin, dan ia
tidak membiarkannya kalah, dan dengan caranya sendiri memberikan pengobatan
orang-orang Mukmin, yang lupa dan mulai tersentuh oleh kesombongan, karena jumlah
mereka banyak.
Al-Qur'an mengobati akar-akarnya dalam jiwa mereka. Sehingga,
membersihkan mereka dari berbagai kotoran dan faktor yang menghimpit diri
mereka, terutama kesombongan.
Rezeki dan ajal merupakan titik kelemahan manusia yang ada pada
diri mereka. Rezeki dan ajal merupakan hak Allah. Manusia tidak dapat melakukan
campur tangan. Manusia tidak dapat menambah dan mengurangi atau mencegahnya.
Betapa hari ini begitu banyak manusia yang berlari ke sana
kemari mencari pertolongan kepada selain Allah. Mencari mencari pertolongan
yang berkaitan dengan rezeki dan ajal. Mereka lari kepada para toghut, para
penguasa fasik dan zalim yang sedang berkuasa dan memiliki kekuasaan, dan mereka
bersandar, dan meminta pertolongan, karena mata hati mereka telah tertipu
dengan kehidupan dunia yang fana.
Mereka menyangka para toghut itu dapat menolong dan
menyelamatkan mereka. Mereka menyangka para toghut itu dapat memberi rezeki dan
mencegah ajal mereka.
Kemudian, mereka jatuh tersungkur, menjadi hina, dan tidak
memiliki lagi kemuliaan di sisi-Nya. Itulah nasib manusia hari ini. Begitu
hina. Karena meminta pertolongan dan bersandar kepada para toghut dan para
penguasa zalim.Wallaahu'alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar