Perbedaan Kita Dengan Mereka
Sikap orang Yahudi dan Nasrani berbeda. Sekalipun di antara
mereka terhadap kaum Muslimin memiliki kesepakatan. Orang Yahudi melakukan
peperangan dengan kata-kata dan perang pisik, yang dilandasi oleh kebencian dan
kedengkian serta dusta, yang tidak akan pernah berhenti. Sepanjang kehidupan
ini.
Sedangkan orang Nasrani mendukungnya dan mengikuti jejak orang
Yahudi, yang menghalangi-halangi manusia beriman kepada agama Allah Rabbul
Alamin, al-haq (Islam). Orang Yahudi dan Nasrani satu dengan lainnya, saling
tolong-menolong dan melindungi di antara mereka.
Ketika Abu Bakar memasuki Baitul Maqdis (al-Aqsha), ia menjumpai
sekelompok orang Yahudi sedang berkumpul dengan seorang pendeta mereka yang
bernama Fanhas. Abu Bakar berkata:
"Celakalah engkau. Hai Fanhas!
Bertaqwalah kepada Allah dan masuklah dalam agama Islam. Wallahi. Engkau
benar-benar telah mengetahui bahwa Muhammad adalah Rasul Allah. Ia datang
kepada kaum dengan membawa kebenaran dari sisi-Nya yang tertulis di dalam
Taurat dan Injil".
Pendeta Fanhas menjawab dengan sombong:
"Wallahi. Hai Abu Bakar. Kita tidak
membutuhkan Allah. Justru Dia lah yang menghajatkan kita. Kita tidak tunduk
kepada-Nya, sebagaimana Ia tunduk kepada kita. Kita tidak memerlukan Dia. Jika
memang Allah itu kaya, tentu Dia tidak meminjam kepada kita seperti yang
dikatakan oleh temanmu (Muhammad) itu. Dia melarang kamu dari riba dan
membolehkannya buat kami. Sekiranya Dia kaya, tentu Dia tidak memberikan riba itu
kepada kami!".
Mendengar perkataan Fanhas itu, Abu Bakar sangat marah. ia
memukul muka Fanhas dengan sangat keras, sambil berkarta: "Demi Dzat Yang
jiwaku di tangan-Nya. Jika tidak ada perjanjian di antara kita, pasti aku sudah
membunuhmu, hai musuh Allah!". Kemudian, Fanhas melaporkan kejadian ini
kepada Rasulullah. Setelah beliau menanyakannya kepada Abu Bakar, maka Abu
Bakar menjawab: "Wahai Rasulullah. Sesungguhnya Fanhas telah menghina
Allah!". Tetapi, Fanhas menolak dan tidak mengakuinya. Kemudian turunlah
ayat berikut:
لَّقَدْ سَمِعَ اللّهُ
قَوْلَ الَّذِينَ قَالُواْ إِنَّ اللّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاء سَنَكْتُبُ
مَا قَالُواْ وَقَتْلَهُمُ الأَنبِيَاء بِغَيْرِ حَقٍّ وَنَقُولُ ذُوقُواْ عَذَابَ
الْحَرِيقِ ﴿١٨١﴾
"Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan
orang-orang yang mengatakan, 'Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya'. Kami
telah mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh Nabi-Nabi
tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka), 'rasakanlah
oleh azab yang membakar'."(QS. al-Imran [3] : 181)
Sepanjang sejarah mereka terus membuat rencana, gerakan, makar,
dan permusuhan, kedengkian yang amat sangat terhadap orang Mukmin. Mereka tidak
akan pernah berhenti memusuhi dan memerangi orang-orang Mukmin. Karena kesesatan
mereka dalam masalah aqidah, yang berpangkal dari kesombongan mereka. Orang
Yahudi dan Nasrani, satu dengan lainnya saling tolong menolong dan melindungi
di antara mereka. Karena keduanya musyrik.
Mereka akan senantiasa menghalang-halangi manusia menuju jalan
Allah. Mereka tidak suka melihat manusia berbondog-bondong masuk ke dalam agama
Allah. Karena itu, mereka membuat makar, dan berbagai cara, sebagai
"wasilah" untuk menghalangi manusia kepada jalan kebenaran (al-haq).
Segala bentuk kedurhakaan, kemaksiatan, kemunkaran, kesesatan,
penyelewengan, dan dosa, serta peperangan adalah produk dari mereka, Yahudi dan
Nasrani. Mereka terus menghalangi-halangi manusia menuju jalan Allah dengan
sangat keji. Sebagaimana mereka menciptakan permusuhan terhadap kaum Aus dan
Khazraj, yang telah masuk ke dalam agama Islam. Firman-Nya:
قُلْ يَا أَهْلَ
الْكِتَابِ لِمَ تَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللّهِ مَنْ آمَنَ تَبْغُونَهَا عِوَجًا
وَأَنتُمْ شُهَدَاء وَمَا اللّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ ﴿٩٩﴾يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوَاْ إِن تُطِيعُواْ فَرِيقًا مِّنَ الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ
يَرُدُّوكُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ ﴿١٠٠﴾
"Katakanlah, 'Hai Ahli Kitab, mengapa
kamu menghalangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu
menghendaki menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan? Allah sekali-kali tidak
lalai dari apa yang kamu kerjakan'. Hai orang-orang yang beriman, jika kamu
mengkuti sebagian dari orang-orang yang diberi al-Kitab, niscaya mereka akan
mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman". (QS.
al-Imran [3] : 99-100)
Orang-orang Yahudi itu, mereka menginginkan agar orang-orang
Nasrani tetap dalam kesesatannya, dan musyrik terhadap agama Allah, serta tidak
ingin orang-orang Nasrani mengikuti agama Islam. Orang-orang Yahudi memasukkan
kesesatan ke dalam agama Nasrani, dan karena mereka bersama-sama memusuhi agama
Allah, al-Islam.
قُلْ يَا أَهْلَ
الْكِتَابِ لاَ تَغْلُواْ فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلاَ تَتَّبِعُواْ
أَهْوَاء قَوْمٍ قَدْ ضَلُّواْ مِن قَبْلُ وَأَضَلُّواْ كَثِيرًا وَضَلُّواْ عَن
سَوَاء السَّبِيلِ ﴿٧٧﴾
"Katakanlah, 'Hai Ahli Kitab, janganlah
kamu berlebih-lebihan (melampui batas) dengan cara yang tidak benar dalam
agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat
dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan
(manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus'."(QS.
al-Maidah [5] : 77)
Itulah sebabnya mengapa al-Qur'an menyebutkan tentang
orang-orang Yahudi begitu keras. Yakni dengan menyebutkan sejarah mereka,
mengungkap sifat-sifat mereka dan kerusakan hati mereka, karena dipenuhi dengan
kedengkian, khianat, nafsu, serta penuh dengan tipu daya. Sama hal nya itu, dan
hal itu juga dilakukan oleh orang-orang Nasrani.
Maka, menghadapi mereka yang sangat sombong dengan penuh
permusuhan dan kedengkian, serta sikap khianat itu, kita orang-orang Mukmin,
kita harus ikhlas kecintaan kepada Rabbul Alamin. Mengarahkan
(mengorientasikan) hidup kita hanya untuk menyembah, taat, tunduk, berbakti,
berserah diri hanya kepada Allah Rabbul Alamin.
Orang-orang Mukmin harus menjadi antitesa dari mereka
(orang-orang musyrik), Yahudi dan Nasrani, yang hidupnya hanyalah untuk
kepentingan dunia dan kenikmatan dunia. Sampai-sampai mereka mengatakan bahwa
Allah itu miskin, dan berhutang kepada mereka. Itulah bentuk kesombongan yang
sangat luar biasa terhadap Allah Rabbul Alamin. Itulah perbedaan antara kita
(orang-orang Mukmin) dengan mereka (orang-orang musyrik - Yahudi dan Nasrani).
Sa'ad bin Abi Waqqash ra sebelum pecah perang Qadisiyah,
mengutus Rib'iy bin Amir untuk menghadap Rustum, panglima perang Persia. Maka
Rib'iy menghadap Rustum yang tengah duduk diatas singgasananya yang bertahtakan
emas berlian dalam ruangan yang penuh dengan hiasan indah dan mewah. Rib'iy
memasuki ruangan istana Rustum dengan pakaian yang kasar sambil menyandang alat
perang, dan tetap menaiki kudanya, sehigga merusak permadani yang sangat tebal
dan indah Rustum. Setelah mengikatkan kudanya yang pendek ke salah satu ujung
kain bantal Rustum, ia menghadapnya dengan tetap tidak merubah penampilannya.
Para pengawal Rustum menegurnya, "Letakkan
senjatamu!". Mendengar teguran itu, Rib'iy berkata, "Aku datang ke
sini karena diundang kalian. Kalau kalian tidak suka dengan penampilanku
seperti ini, aku akan kembali". Rustum angakat bicara, "Biarnkanlah
dia!". Maka Rib'iy berdiri dihadapan Rustum sembari bersandar pada tombaknya.
"Apa yang engkau bawa?" tanya Rustum. Rib'iy
menjelaskan, "Allah Ta'ala telah mengutus kami untuk mengeluarkan manusia
yang Dia kehendaki dari penyembahan terhadap hamba kepada penyembahan terhadap
Allah saja, dari kesempitan dunia menuju kelapangan akhirat, dan dari kezaliman
agama-agama kepada keadilan Islam,"ujar Rib'iy.
Hanya dengan sikap yang sangat jelas, yaitu iman dan aqidah
orang-orang Mukmin yang kuat, dapat tegak menghadapi orang Yahudi, Nasrani,
serta kafirin-musyrikin, di tengah-tengah semakin rusaknya aqidah dan iman kaum
Mukmin, akibat digerogoti oleh produk-produk Yahudi dan Nasrani, sampai
kemudian sebagian diantara orang-orang beriman, ada yang luruh (murtad), akibat
mengikuti kebiasaan, tata cara, dan gaya hidup mereka.
Ribi'y bin Amir tidak merasa takut, minder, dan lemah, ketika
menghadapi Rustum di istananya yang begitu megah, dan mewah, serta mempesona.
Tetapi, Rib'iy tetap dapat menunjukkan sikapnya sebagai Mukmin dengan sangat
tegas. Tidak melemah dengan keindahan dunia yang begitu mempesona dimata manusia.
Wallalhu'alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar